Posyandu & Posbindu untuk Jakarta

Anies-Sandi akan fokus pada peningkatan pelayanan kesehatan preventif (pencegahan), sehingga warga akan semakin sedikit dan jarang terkena penyakit. Manfaatnya, rumah sakit dapat lebih optimal dalam memberikan pelayanan, serta anggaran APBD yang digunakan pun dapat lebih terkendali.

Kondisi Saat Ini

1 Membludaknya penggunaan Kartu Jakarta Sehat untuk pelayanan pengobatan.

  • Sejak diberlakukannya Kartu Jakarta Sehat (KJS), warga Jakarta yang berobat ke puskesmas semakin banyak. Bahkan kadang jumlahnya tak bisa tertangani oleh tenaga medis di Puskesmas. Sehingga banyak yang dirujuk ke rumah sakit.
  • Apa yang dicover oleh KJS tidak dibatasi, sehingga menyebabkan pembengkakan anggaran dan membludaknya pasien di rumah sakit penyedia layanan KJS. Akibatnya akan mempengaruhi kualitas pelayanan dari rumah sakit
  • Karena membludak, pelaksanaan layanan kesehatan yang diberikan Pemda menurun, warga miskin semakin banyak yang harus membayar, padahal telah memiliki BPJS. Relawan kesehatan mencatat bahwa selama kurun waktu tahun 2013 terdapat 1.121 pengaduan, meningkat di tahun 2014 menjadi 1.730 pengaduan dan tahun 2015 sebanyak 2.311 pengaduan. Tahun 2016 ini hingga bulan Juli 2016 saja sudah tercatat 2.532 aduan.
  • Sistem rujukan antar rumah sakit tidak berlaku dan warga bertambah sakit bahkan meninggal karena tidak memperoleh kamar dan lambatnya penanganan ruang khusus dan tindakan operasi.

2 Bila tidak dikendalikan, anggaran membengkak, Kualitas pelayanan rumah sakit menjadi menurun karena terlalu banyaknya pasien yang harus ditangani

3 Perlu ada langkah terobosan yang tidak hanya fokus pada upaya pengobatan, tetapi fokus pada upaya preventif (pencegahan) dan promotif.


Kebijakan Pemprov Saat Ini

1 Pemerintah Provinsi telah memulai program Dokter Keluarga dengan program Ketuk Pintu Layanan Dengan Hati, namun dukungan bagi tim dokter perlu ditingkatkan, agar dapat bertugas lebih baik.

2 Rasio dokter DKI sudah baik, 1 dokter untuk 608 penduduk, namun akses masih belum merata di mana penduduk masih harus seringkali ke puskesmas untuk mendapatkan dokter yang jauh dari lokasi pemukiman mereka.

3 Pemerintah Provinsi, melalui Dinas Kesehatan provinsi menyarankan agar Puskesmas Kecamatan diubah statusnya menjadi Rumah Sakit tipe D. Pandangan ini seolah memberi justifikasi peralihan peran puskesmas yang seharusnya pencegahan justru akan diubah menjadi pengobatan.

4 Posyandu dan Posbindu kurang bergairah:

  • Masyarakat dan orang tua banyak yang merasa kader kesehatan tidak cukup berpengetahuan daripada mereka, sehingga tidak menyadari bahwa mereka masih membutuhkan bimbingan dari kader.
  • Kemampuan komunikasi kader kesehatan perlu ditingkatkan karena adanya keengganan warga ke Posyandu dan Posbindu karena takut diceramahi dan dimarahi kader tentang masalah gizi atau masalah kesehatan.

 


Terobosan/Solusi

Anies-Sandi akan fokus pada peningkatan pelayanan kesehatan preventif (pencegahan), sehingga warga akan semakin sedikit dan jarang terkena penyakit. Manfaatnya, rumah sakit dapat lebih optimal dalam memberikan pelayanan, serta anggaran APBD yang digunakan pun dapat lebih terkendali.


Mengurangi Antrian Pasien di Rumah Sakit

1 Memberikan subsidi APBD bagi rumah sakit dan klinik swasta agar mereka dapat juga menjadi tujuan berobat yang terjangkau bagi pasien, selain puskesmas dan rumah sakit daerah.

Program Pos Perempuan Mandiri untuk merevitalisasi Posyandu & Posbindu

1 Memberi peningkatan dukungan insentif dan penghargaan bagi kader Posyandu dan Posbindu, untuk memberikan apresiasi dan menambah semangat kader untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu dan Posbindu setiap dua minggu.

2 Meningkatkan frekuensi pelatihan peningkatan kompetensi kader Posyandu dan Posbindu.

3 Mengintegrasikan Posyandu ke PAUD, karena PAUD marak diikuti oleh para balita sebelum beranjak ke jenjang Taman Kanak-Kanak, sehingga lebih mudah untuk memberikan pelayanan.

4 Menambah materi pelayanan Posyandu dengan mengadakan pendidikan anak dalam kandungan dan pelatihan dasar keterampilan kesehatan anak (anak mampu melindungi dirinya dari perokok di ruang publik, melaporkan orang dewasa pelaku kekerasan, membantu teman yang tersedak makanan, menolong teman yang mengalami kecelakaan ringan, dan lainnya.)

5 Meningkatkan kemampuan komunikasi para kader Posyandu dan Posbindu.

6 Melibatkan pegiat komunikasi kreatif untuk menciptakan strategi promosi kesehatan yang dapat diterima masyarakat untuk Kelompok Penyakit Tidak Menular Utama: diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.