Melihat Peluang Petahana

Oleh : Alam

Peluang petahana untuk mempertahankan kursi kekuasaanya terkubur sudah. Raihan suara putaran pertama yang hanya mampu mencapai 42,99% adalah bukti bahwa mayoritas publik Jakarta sudah tidak menginginkan petahana duduk di tampuk pimpinan ibu kota.

Hasil putaran pertama tersebut juga memberikan konfirmasi bahwa arus zaman telah berubah. Meskipun petahana telah menggunakan segala kekuatan dan dengan berbagai strategi berlapis serta topangan keuangan yang luar biasa, tetap tak mampu mengubah keyakinan publik Jakarta akan hadirnya pemimpin baru.

Fakta ini semakin diperkuat dengan hasil survei terbaru media survei Indonesia yang menyatakan Anies-Sandi memperoleh 46% suara dan Basuki-Djarot 39%. Data ini menunjukan telah terjadi pergeseran atau peralihan dukungan publik termasuk dari pendukung petahana ke paslon Anies-Sandi.

Tren penurunan suara Petahana terus akan terjadi terutama pada pemilih muslim yang sempat memilih petahana pada putaran pertama. Hal ini terjadi karena paling tidak ada beberapa tipe pemilih muslim yang mendukung petahana dan jumlahnya kurang lebih 10%.

Tipe pertama, pemilih muslim yang beranggapan bahwa pilkada Jakarta pasti akan terjadi dua putaran. Karena akan terjadi dua putaran, pemilih ini kemudian sementara waktu memilih petahana dengan alasan materi atau yang diiming-imingi sesuatu, lalu akan kembali memilih paslon yang seiman pada putaran kedua, artinya akan meninggalkan petahana.

Tipe kedua, pemilih muslim abangan yang " ditakut-takuti " dengan isu bahwa jika petahana kalah maka berbagai program atau fasilitas yang telah dinikmatinya selama ini akan hilang dan tidak akan bisa didapatkan lagi pada pemimpin Jakarta yang lain seperti program KJP dan sebagainya.

Tipe ketiga, pemilih muslim yang memang merasa petahana berhasil sebagai pemimpin Jakarta serta pemilim muslim yang loyal pada partainya sebagai partai pengusung petahana.

Dua tipe pemilih muslim itu bisa saja meninggalkam petahana karena di kubu Anies-Sandi sendiri semakin kuat memainkan strategi menyadarkan kembali pemilih muslim untuk kembali memilih pemimpin muslim yang ini digawangi langsung oleh pemuka agama.

Selain itu, semakin gencarnya sosialisasi program Anies Sandi. Mereka mengklarifikasi isu-isu yang tidak benar, seperti menghapus program tertentu. Bahkan ditambah baik nilai maupun manfaat seperti tertuang dalam program Anies Sandi semisal KJP menjadi KJP Plus, KJS menjadi KJS Plus, menciptakan 200.000 wirausaha baru dan lain-lain.

Kekalahan petahana semakin diperkuat dengan tren kalah yang dialami paslon-paslon yang di usung oleh PDIP, sebut saja yang paling dekat adalah kekalahan petahana Rano Karno di Banten.

Tentu saja hal ini memberikan satu gambaran kepada publik Jakarta bahwa era keemasan PDIP mulai pudar dan petahana Basuki-Djarot akan melengkapi buramnya era paslon yang di usung oleh PDIP.

Tidak berlebihan bila banyak orang yang menyatakan bahwa ini adalah hukuman publik kepada PDIP yang dianggap gagal mengawal agenda-agenda kerakyatan. Berbanding terbalik dengan yang terjadi pada kubu Anies-Sandi. Hari demi hari terus mendapatkan dukungan besar baik dari pemilih Agus-Silvy, pendukung petahana, maupun pemilih yang golput.

Implikasinya tentu saja hal ini membuat elektabilitas Anies-Sandi terus mengalami tren naik secara terus menerus dan signifikan. Sebaliknya petahana terus mengalami tren penurunan yang signifikan.