#CagubDKIdiRosi, Tanding Konsep Calon Pemimpin Jakarta

Talkshow Cagub dan Cawagub DKI Jakarta yang disajikan oleh Kompas TV bertajuk “Rosi dan Kandidat Pemimpin Jakarta" (15/12), adalah sebuah acara yang menghibur dan memuaskan bagi warga Jakarta.

Talkshow Cagub dan Cawagub DKI Jakarta yang disajikan oleh Kompas TV bertajuk “Rosi dan Kandidat Pemimpin Jakarta" (15/12), adalah sebuah acara yang menghibur dan memuaskan bagi warga Jakarta. Terutama bagi pendukung pasangan calon no.2 (Basuki-Djarot) dan no.3 (Anies-Sandi), karena pasangan calon no.1 (Agus-Sylvi) tidak hadir memenuhi undangan.

Dalam kempatan ini, Basuki-Djarot dan Anies-Sandi, diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri mereka ke warga DKI Jakarta dikemas dengan cara yang berbeda. Selain menyampaikan visi-misi dan sesi tanya jawab, yang membuat menarik, para paslon dan tim pendukungnya berkolaborasi untuk menampilkan kekompakan mereka.

Tim pendukung Basuki-Djarot menampilkan solois Tompi yang mengajak kedua paslon untuk ikut bersenandung. Sedangkan pasangan Anies-Sandi mengajak relawan Jakarta Maju Bersama untuk tampil. Ada penyanyi hip-hop, teriakan yel-yel beserta koreografi yang jenaka. Tanpa malu-malu Anies dan Sandi ikut menari, sehingga membuat cair suasana di Djakarta Theater Ballroom, Jakarta.

Pada segmen ini terdapat pesan yang menunjukan bagaimana hubungan para paslon dengan tim pedukungnya. Berbeda dengan paslon no.2, yang mengundang artis papan atas Indonesia untuk menghibur, Anies-Sandi lebih memilih mengundang tim pendukung yang merupakan masyarakat biasa tanpa mengandalkan ketenaran dari tim pendukungnya.

Pada segmen berikutnya, para paslon dipersilahkan untuk menunjukan bakat dari masing-masing paslon. Anies-Sandi menyanyikan lagu Rindu Rasul diiringi gitar yang dimainkan oleh Sandi. Basuki-Djarot mencoba menampilkan lelucon mengenai kacamata kuda. Penampilan keduanya mengundang tawa dari para penonton.

Dalam penyampaian visi-misi, kedua paslon memiliki visi utama yang mirip, yaitu membangun warga Jakarta, meskipun dengan pendekatan yang berbeda. Keduanya sepakat bahwa Jakarta dapat menjadi kota maju apabila warganya sudah berkualitas hidupnya.

Cagub petahana, Basuki-Djarot percaya bahwa program yang telah berjalan selama dua tahun di bawah kepemimpinan mereka, sudah sesuai dengan tujuan pembangunan di Jakarta. Sedangkan Anies-Sandi menawarkan pembaharuan Kota Jakarta dengan keadilan sosial bagi semua warga sebagai dasarnya. Anies-Sandi melihat bahwa keadilan sosial belum hadir di Jakarta. Kenyataannya ketimpangan antara si kaya dan si miskin di Jakarta masih besar di berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembaharuan agar semua warga Jakarta sejahtera dan adil.

Selama di bawah kepemimpinan pasangan petahana, fasilitas-fasilitas umum sudah dibangun dengan baik, seperti rumah sakit, sekolah, transportasi dan jalan raya, yang semuanya masuk ke dalam hard infrastructure. Sayangnya aspek pembangunan soft infrastructure, justru belum terlaksana. Misalnya meningkatan kualitas manusianya, baik dalam aspek sosial, budaya, kesejahteraan rakyat, dan tentunya tingkat pendidikan. Karena kesuksesan pembangunan kota saja percuma jika warganya tidak sejahtera dan bahagia.

Dalam merencanakan pembangunan soft infrastructure, Anies-Sandi memiliki strategi dan program-program yang lebih solutif dan relevan bagi Jakarta. Ada tiga fokus utama mereka, meningkatkan mutu pendidikan sebagai eskalator sosial ekonomi warga, membuka lapangan kerja sebesar-besarnya, dan menekan biaya hidup. Konsep gerakan, di mana warga ikut aktif bergerak membangun, menjadi kekuatan pasangan yang diusung Partasi Gerindra dan PKS tersebut.

Sepanjang jalannya acara debat, kedua pasangan tampak telah mempersiapkannya secara matang. Kalimat-kalimat sindiran dan sanggah-menyanggah data keluar dari masing-masing paslon, semakin menciptakan suasana yang kompetitif. Keduanya saling beradu dalam membangun agrumen-argumen yang cerdas.

Satu hal yang menarik, Anies Baswedan dalam acara ini menunjukan kualitasnya sebagai pemimpin. Ketegasan yang selama ini diragukan, semalam hadir dan dibuktikan di depan seluruh masyarakat Indonesia. Tidak butuh mengeluarkan kata-kata kasar, Anies menunjukan bagaimana ketegasan dan kesantunan dapat dikemas dengan penyampaian yang cerdas.

Dengan acara debat seperti ini, warga Jakarta menjadi dapat lebih mengenal dan menilai calon-calon gubernurnya. Basuki-Djarot dengan “sudah kerja dan lanjutkan” atau Anies-Sandi yang menawarkan kesegaran pembaharuan bagi Jakarta dengan “maju kotanya, bahagia warganya”.