Alasan Anies Baswedan Mau Diusung PKS dan Gerindra

Berikut ini adalah petikan wawancara Anies Baswedan dengan Tempo yang diterbitkan pada 23 Oktober 2016.

Kenapa Anda mau didukung PKS dan Gerindra?

Ini Pilkada. Kita se-Jakarta ini sedang mencari gubernur untuk satu periode. Dan yang boleh mencalonkan itu hanya partai politik. Dalam hal ini, Gerindra dan PKS mengundang saya menjadi calon. Agak berbeda jika saya keluar dari kementerian, lalu menawarkan diri atau mencari pencalonan partai. Saya justru warga negara yang dicalonkan dua partai ini.

Bukankan pada pemilihan presiden 2014 Anda pada posisi yang berbeda?

Pemilihan presiden telah selesai. Pemerintahan sudah berjalan, jadi polarisasi itu semestinya sudah selesai. Jadi, ketika partai ini mengundang, saya katakan siap dicalonkan menjadi pasangan bersama Sandi.

Anda tidak bermasalah dicalonkan pihak yang pernah berseberangan?

Saya dan Sandi dulu berseberangan. Dia juru bicara Prabowo, saya Jokowi. Kita ini terlalu lama berada dalam kubu berbasis identitas yang enggak bisa gonta-ganti. Bangsa kita masih kaget-kaget melihat ada yang bisa berbeda dan bisa sama. Lah, kalau kita lihat pemimpin awal Republik, apa enggak juga begitu? Memangnya koalisinya terus-menerus? Enggak, tuh. Koalisinya bisa PSI dengan Masyumi. Nanti berubah jadi PSI dengan PNI.

Yang terjadi sekarang justru awal pesan untuk Jakarta. Jakarta sudah terkotak-kotakkan terlalu lama. Kita ingin Jakarta yang warganya bisa dijangkau gubernur. Gubernurnya bisa menjangkau dan berbicara dengan siapa saja. Belum tentu sama, tapi bisa berdialog terbuka.

Ini juga pesan bahwa kami berdua berencana membangun Jakarta dengan dialog dan berkomunikasi dengan siapa saja. Gubernurnya harus bisa, suka tidak suka, bekerja sama dengan DPRD. Harus bisa bekerja sama dengan dewan kota dan lainnya.

Bisa diceritakan pembicaraan Anda dengan Prabowo, malam sebelum pencalonan Anda diumumkan?

Prabowo bilang, "Saya ini pernah bertempur dengan GAM. Begitu selesai, ya sudah, semuanya lewat." Selama ini, kalau kita berbeda, pada enggak mau salaman. Ketemu pun sulit. Yang dikerjakan Gerindra dan PKS itu mengajak orang yang, tidak hanya bukan kader, bahkan pernah berseberangan.

Benarkah Anda diminta minta maaf secara tertulis?

Tidak.

 

Sumber: Tempo edisi 23 Oktober 2016